Presiden Prabowo Subianto: “Dengan Sisa Umurku, Biarkan Aku Mengabdi Demi Bangsa Ini dan Rakyat”
 
Jakarta —REDMOL.INDONESI .ID Suasana hening seketika menyelimuti ruangan ketika Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidatonya dengan suara parau, menahan tangis yang nyaris pecah. Di hadapan para pejabat  dan tamu undangan, Presiden Prabowo berbicara bukan sebagai kepala negara, melainkan sebagai seorang anak bangsa yang mencintai rakyatnya dengan sepenuh hati.
Matanya berkaca-kaca, suaranya bergetar. Setiap kata yang keluar terasa lahir dari lubuk hati yang paling dalam. Ia berbicara tentang rakyat kecil yang masih berjuang untuk sekadar makan, tentang para petani yang bekerja keras tanpa pamrih, dan tentang anak-anak bangsa yang menatap masa depan dengan perut kosong namun penuh harapan.
Saya tahu, di luar sana masih banyak yang menahan lapar. Saya tahu, masih ada ibu-ibu yang mengorbankan makan malamnya untuk anak-anaknya. Dan saya... saya tidak bisa berpaling dari kenyataan itu,” ucap Presiden Prabowo dengan mata berkaca-kaca.
Sebagai mantan prajurit TNI Kopassus, Prabowo mengaku seluruh hidupnya telah dihabiskan untuk berjuang. Ia tidak pernah takut kehilangan apa pun, kecuali kehilangan kesempatan untuk berbuat bagi rakyat.
Sebagai prajurit, saya berjuang bukan untuk kekuasaan. Saya berjuang agar rakyat Indonesia tidak lagi kelaparan, tidak lagi menangis dalam kesendirian. Saya mohon kepada Allah SWT, berikan saya kesehatan, dengan sisa umur yang saya miliki... biarkan saya terus mengabdi demi bangsa ini dan rakyat saya,” katanya dengan suara yang semakin lirih.
Beberapa hadirin tak kuasa menahan air mata. Di tengah suasana haru itu, tampak jelas bahwa sosok Prabowo bukan sekadar pemimpin, tetapi seorang ayah bangsa yang hatinya terpaut erat dengan penderitaan rakyatnya.
Pidatonya bukan sekadar kata-kata indah, melainkan luapan emosi seorang pejuang yang telah melihat terlalu banyak pengorbanan, darah, dan air mata dalam perjalanan hidupnya. Ia paham benar arti dari kehilangan, arti dari perjuangan tanpa pamrih, dan arti dari cinta yang tulus kepada tanah air.
Kalau rakyat saya masih ada yang lapar, bagaimana saya bisa tenang? Kalau masih ada yang menderita, bagaimana saya bisa tidur dengan damai?” ujar Presiden Prabowo dalam nada lirih, membuat ruangan itu seolah ikut menangis bersamanya.
Presiden Prabowo kemudian menutup pidatonya dengan doa yang sederhana, namun begitu menyentuh hati setiap yang mendengarnya.
Selama napas ini masih ada, saya akan terus berjuang. Biar sisa umur ini saya habiskan untuk Indonesia. Untuk rakyat yang saya cintai, untuk negeri yang saya jaga dengan darah dan air mata. Semoga Allah SWT meridai langkah kita.”
Suasana sunyi. Tidak ada tepuk tangan yang langsung terdengar, hanya isak pelan dari mereka yang hadir. Saat itu, semua orang tahu — Indonesia sedang dipimpin oleh seseorang yang benar-benar mencintai rakyatnya, hingga air matanya jatuh demi mereka.